Sistem Pelayanan di Perpustakaan
Dalam merencanakan layanan di perpustakaan kita harus mempertimbangkan
kondisi yang ada di perpustakaan. Ada
dua macam sistem pelayanan yang
biasa dilakukan oleh perpustakaan yaitu sistem pelayanan
terbuka dan sistem pelayanan tertutup.
Masing-masing sistem pelayanan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan.
1.
Sistem Pelayanan Terbuka (Open Access)
Dalam sistem pelayanan terbuka perpustakaan memberi kebebasan
kepada para pemustakanya (pemakainya) untuk dapat masuk dan memilih
sendiri koleksi yang diinginkannya
dari rak. Petugas hanya
mencatat apabila koleksi tersebut akan dipinjam serta dikembalikan.
Pelayanan perpustakaan dengan sistem pelayanan terbuka ini banyak diterapkan di
perpustakaan perguruan tinggi dan beberapa perpustakaan umum. Sedangkan
perpustakaan khusus dan sekolah banyak yang masih menerapkan sistem pelayanan
tertutup.
Dalam sistem pelayanan terbuka, rancangan ruangan harus dipertimbangkan
dengan matang, misalnya pintu masuk sebaiknya hanya satu. Di pintu masuk
sebaiknya ditempatkan meja atau konter keamanan yang dijaga oleh petugas. Untuk
memperkecil kemungkinan hilangnya koleksi yang dicuri oleh pemakai, pemakai
yang masuk ke ruang baca atau rak perpustakaan sebaiknya tidak diperkenankan
membawa tas dan jaket. Karena itu perpustakaan yang menerapkan sistem pelayanan
terbuka harus menyediakan tempat penitipan tas atau locker baik yang dijaga oleh petugas ataupun yang tidak dijaga oleh
petugas. Pemakai yang akan keluar dari ruang perpustakaan harus diperiksa semua
barang bawaannya oleh petugas. Hal ini bertujuan untuk menghindari kemungkinan
pemakai membawa koleksi tanpa melalui prosedur peminjaman yang benar. Di
perpustakaan yang sudah menggunakan pintu ditektor otomatis security detector maka pemeriksaan
pemakai oleh petugas tidak diperlukan. Bahkan kadang-kadang pintu keluar sudah
tidak perlu dijaga lagi.
Untuk mencatat jumlah pengunjung yang datang ke perpustakaan biasanya di
meja keamanan biasanya ditempatkan buku tamu. Selain Petugas jaga diberi tugas
menjaga keamanan, ia juga dapat juga diberi tugas untuk mengawasi pengisian
buku tamu. Petugas jaga harus menegur pengunjung perpustakaan yang tidak mau
mengisi buku tamu. Hal ini bertujuan agar semua pengunjung perpustakaan dapat
tercatat seluruhnya. Beberapa perpustakaan besar pencatatan pengunjungnya sudah
dilakukan secara otomatis menggunakan komputer. Pemakai tinggal menggesekkan
kartu anggotanya (biasanya yang mengandung kode bar atau yang mengandung kode
elektro magnet) pada sebuah alat baca yang dihubungkan ke komputer. Secara
otomatis komputer akan mencatat semua data mengenai pengunjung tersebut
termasuk jam (bahkan menit dan detiknya) berkunjungnya.
Penataan ruang koleksi pada sistem pelayanan terbuka juga perlu
diperhatikan. Misalnya, rambu-rambu yang menunjukkan lokasi koleksi harus
lengkap dan jelas. Hal ini untuk mengurangi banyaknya pertanyaan mengenai
lokasi koleksi kepada petugas. Jarak antara rak satu dengan rak yang lain harus
agak lebar agar apabila ada pemakai yang mencari koleksi diantara rak tersebut
tidak terganggu walaupun ada petugas perpustakaan yang lewat dengan membawa trolley buku (rak dorong buku).
Sistem pelayanan terbuka ini mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan
seperti:
Ø Kelebihannya
·
Pengguna bebas memilih bukunya sendiri, artinya pemakai dapat melakukan browsing atau pemilihan koleksi secara
bebas di rak. Jika pemakai tersebut ingin mencari buku mengenai suatu topik
tertentu (misalnya saja bertanam dengan cara hidroponik) maka dia dapat
memilih-milih sendiri buku yang cocok dengan keinginannya di rak.
·
Kebebasan ini menimbulkan rangsangan untuk membaca. Ketika dia
memilih-milih buku yang diinginkannya, mungkin dia menemukan buku lain yang
menarik perhatiannya, dan karena tertarik dia akan melihat-lihat dan mungkin
saja dia akan membacanya.
·
Kalau buku yang dikehendaki tidak ada, dapat memilih buku yang
lain. Mungkin pada saat masuk perpustakaan seorang pemakai berniat untuk
mencari buku dengan judul dan pengarang tertentu (misalnya saja Landasan
Matematika karangan Andi Hakim Nasution). Pemakai tersebut dapat mencari judul
buku yang dimaksudkannya tersebut langsung ke rak buku (jika dia tahu lokasi
buku tersebut), atau mencari dulu di katalog. Pada saat mencari buku di rak,
ternyata buku Landasan Matematika karangan Andi Hakim Nasution tidak ada, namun
pemakai tersebut menemukan buku lain dengan judul kurang lebih sama misalnya
Dasar-dasar Matematika yang dikarang oleh Barizi, dan isi buku tersebut cocok
dengan kebutuhannya. Maka pemakai tersebut dapat menggunakan buku tersebut
sebagai pengganti buku yang dicarinya karena topik dan isi buku tersebut sama
dengan buku yang dicarinya.
Ø Kekurangannya
·
Susunan buku dalam rak menjadi sulit teratur. Sebagai akibat dari kebebasan
pemakai mengambil buku ke rak, maka susunan rak tersebut akan menjadi tidak
teratur. Untuk mengurangi ketidak-teraturan susunan buku ini, maka perpustakaan
harus memberikan peringatan bahwa pemakai tidak boleh menyimpan sendiri koleksi
yang sudah digunakannya ke dalam rak. Juga perlu diingatkan bahwa hanya buku
yang diperlukan saja yang diambil dari rak dan dibaca di meja baca yang sudah
disediakan, bukan membacanya disela-sela rak. Pendidikan pemakai perlu
dilakukan secara terus menerus agar pemakai mengetahui cara-cara mencari buku
secara sistematis dan benar. Dengan demikian pemakai tidak akan mencari buku
dengan cara mengacak-acak rak secara sembarangan.
·
Kemungkinan banyak buku yang hilang. Buku hilang juga merupakan salah satu
resiko dari sistem pelayanan terbuka. Untuk itu perlu pengawasan yang baik
terutama di pintu keluar. Untuk mengurangi penyobekan halaman buku, maka perlu
dilakukan monitoring oleh petugas atau pustakawan. Beberapa perpustakaan
besar sering menempatkan kamera pengontrol (atau cermin cembung sebagai cermin
pengawas) pada tempat-tempat yang diperkirakan akan terjadi penyobekan.
Penyediaan mesin fotokopi yang dekat dengan ruang koleksi juga perlu
dipertimbangkan, khususnya apabila di perpustakaan tersebut banyak koleksi yang
tidak dipinjamkan. Dengan penyediaan mesin fotokopi tersebut kemudahan
mendapatkan salinan buku dapat diperoleh oleh pengguna sehingga mengurangi
keinginan untuk melakukan penyobekan atau pencurian oleh pemakai perpustakaan.
2. Sistem Pelayanan
Tertutup (Closed Access)
Kebalikan dari sistem pelayanan
terbuka adalah sistem pelayanan tertutup dimana pengunjung tidak boleh masuk
ke ruangan koleksi, tetapi yang koleksi yang dibutuhkannya harus diambilkan oleh petugas.
Penelusuran/pencarian koleksi
harus melalui katalog. Petugas selain mencatat peminjaman
dan pengembalian, juga mengambilkan dan mengembalikan koleksi ke rak. Sistem
pelayanan ini masih banyak diterapkan oleh perpustakaan khusus dan beberapa
perpustakaan sekolah. Salah satu alasan penerapan sistem pelayanan tertutup ini
adalah kurangnya tenaga yang mengelola perpustakaan.
Pada sistem pelayanan tertutup ini penataan ruangan bisa lebih sederhana.
Pintu masuk tidak harus satu pintu dan tidak perlu penjagaan sebab semua
pengunjung yang akan keluar membawa buku sudah melalui petugas pencatatan pada
meja sirkulasi. Pengunjung perpustakaan juga tidak perlu dilarang membawa tas
ke ruang baca, sebab ruang baca dan ruang koleksi dipisahkan oleh pembatas yang
tegas sehingga pengunjung tidak akan dapat memasuki wilayah koleksi
perpustakaan. Satu-satunya pengawasan yang perlu dilakukan di pintu masuk
adalah pencatatan buku tamu. Karena itu jika di perpustakaan tersebut tidak
tersedia cukup petugas untuk mengawasi pintu masuk, maka perlu dipertimbangkan
untuk memasang penghitung pengunjung secara otomastis (ada jenis pintu putar
yang biasanya memiliki penghitung otomatis). Pintu pengaman otomatis (security gate) juga tidak diperlukan.
Penataan rak koleksi juga bisa lebih rapat dengan rak yang lebih tinggi
sehingga dapat memuat jumlah koleksi yang lebih banyak. Karena umumnya rak
koleksinya lebih tinggi, maka diperlukan tangga bagi petugas untuk mengambil
buku-buku yang ada pada bagian atas rak. Pada sistem pelayanan tertutup tidak
terlalu diperlukan rambu-rambu, karena yang akan mencari buku adalah petugas yang
sehari-hari sudah terbiasa dengan keadaan di perpustakaan tersebut.
Seperti pada sistem pelayanan terbuka, sistem pelayanan tertutup ini juga
memiliki kelebihan-kelebihan dan kelemahan antara lain sebagai berikut:
Ø Kelebihannya
·
Susunan dan letak buku lebih teratur dan terpelihara. Hal ini karena hanya
petugas (yang tentunya sudah terampil dalam menyusun buku) yang menyimpan dan
mengambil buku ke rak. Pemakai yang biasanya mengambil dan (kadang-kadang)
menyimpan sendiri ke rak koleksi secara sembarangan tidak terjadi. Bahkan,
saking terpeliharanya letak dan susunann buku ini, beberapa perpustakaan
susunan koleksinya menggunakan sistem penempatan tetap (fixed location).
·
Tidak perlu ada petugas khusus untuk mengawasi pengguna. Seperti sudah
dijelaskan, pengguna yang berada di dalam perpustakaan dibatasi dengan tegas
dengan lokasi koleksi. Dengan demikian keamanan koleksi dapat terjaga dengan
sendirinya. Namun demikian, jika perpustakaan menempatkan rak display untuk
buku atau majalah baru, maka penempatannya perlu dirancang agar rak tersebut
berada dalam pengawasan petugas. Jika tidak maka rak tersebut dibuat tertutup
kaca agar pemakai tidak dapat mengambil sendiri koleksi yang sedang dipamerkan.
Ø Kekurangannya
·
Kebebasan melihat buku tidak ada, harus dicari melalui katalog. Artinya
pemakai perpustakana tidak dapat melakukan browsing
atau pemilihan sendiri koleksi yang dibutuhkannya di rak. Karena untuk
mencari koleksi pemakai tergantung kepada katalog perpustakaan, maka katalog
perpustakaan harus betul-betul baik dan dapat diandalkan (reliable). Karena itu pula perpustakaan harus secara teratur
melakukan stock opname, sehingga katalog betul-betul mencerminkan keadaan
koleksi yang sebenarnya.
·
Melihat dari katalog kadang kadang mengesalkan, karena
dalam katalog ada, tetapi bukunya sering tidak ada, dan harus memilih
lagi sampai berulang ulang. Mungkin penggunaan katalog komputer (OPAC atau Online Public Access Catalogue) akan
menghindari hal ini, karena melalui OPAC dapat diketahui apakah buku yang ada
di katalog sedang tersedia di rak atau atau sedang dipinjam oleh pemakai lain (availability).
·
Petugas harus mengambilkan dan mengembalikan buku. Inilah resiko penerapan
sistem pelayanan tertutup. Karena itu diperlukan petugas yang cukup banyak di
bagian pelayanan. Kadang-kadang faktor manusia yaitu kelelahan perlu
diperhitungkan dalam melayani pemakai. Kadang-kadang, jika petugas lelah dalam
melayani, petugas cenderung kurang teliti dalam mencari koleksi yang
dibutuhkan pengguna sehingga buku yang seharusnya ditemukan di rak dikatakan
tidak ada kepada pengguna. Untuk menghindari hal ini pada perpustakaan yang
jumlah pemakainya besar, perlu dilakukan pergiliran petugas (shift). Dengan demikian petugas bisa secara bergiliran beristirahat.
·
Katalog harus
lengkap. Seperti sudah dijelaskan, karena pemakai perpustakaan sepenuhnya
tergantung kepada katalog perpustakaan untuk mencari kebutuhan informasinya,
maka katalog tersebut harus lengkap dan dapat diandalkan. Buku yang sudah dikeluarkan dari koleksi
misalnya, harus diikuti dengan pencabutan katalog (pada katalog kartu) atau
penghapusan data (pada katalog OPAC). Jadi katalog perpustakaan harus
betul-betul mencerminkan kondisi koleksi perpustakaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar